• Suasana Reuni Akbar SMA Negeri 1 Panyabungan di Hotel Red Top

  • sambutan Ketua Panitia Pelaksana di Reuni Akbar di Jakarta Akhir 2015

  • Lulusan 87 mempersembahkan ulos kepada panitia pelaksana reuni

  • reuni akbar dihadiri sejumlah alumni dari berbagai daerah di Indonesia

  • Sejumlah ALumni Senior menerima cinderamata dari Alumni Lulusan 87

  • suasana penutupan reuni akbar di hotel red top Jakarta

Siapapun boleh jadi kaya dan hal ini berhubungan dengan mental yang bersangkutan terkait batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga demikian berdasarkan kamus KBBI. Secara umum ada 2 jenis mental manusia. Satu, mental Kaya. Kedua, mental “belum kaya”. tidak menyebut miskin, karena Magnet Rezeki itu tidak kenal kata tersebut. Perbedaan paling mendasar dari kedua mental itu adalah dari pola penggunaan dana. Dari ujung dan bukan dari sumber dananya. Kenapa bukan dari sumbernya? Bukankah orang mental kaya itu banyak sumber uangnya hingga mereka kaya? Ternyata tidak demikian.

Kalau bicara produktifitas, kedua mental itu ternyata memiliki produktifitas yang mirip. Bahkan orang bermental “belum kaya” kerjanya lebih keras. Pergi pagi, pulang malam. Rela habiskan waktu dengan bekerja sampai larut malam. Tapi tetap tidak kaya juga. Sementara, orang bermental kaya, dia santai-santai saja kerjanya. Kadang baru mulai kerja setelah dhuha, lalu pulang lebih awal dan kerjanyapun santai. Tapi uang mereka terus mengalir. Dimana perbedaannya?. Perbedaan paling mendasar dari kedua mental itu adalah dari “pola penggunaan dana”. Dapat dilustrasi dua orang yang bekerja di kantor yang sama dengan penghasilan sama, satu bernama Awaludin dan satunya Akhiruddin.

Awaludin dengan gaji 10 juta per bulan. Karena gaji itu sudah dirasa rutin mengalir pada rekeningnya, maka iapun menganggap dirinya memiliki standar penghasilan 10 juta per bulan. Mungkin asumsinya akan naik gajinya perlahan-lahan. Lalu, dia mulai berani menaikkan gaya hidupnya. Dicicilnya motor per bulan 2 juta dan juga mencicil rumah serta perabotannya. Katakan total dia mencicil sebesar 4 juta per bulan. Barang2 itu tentu butuh perawatan. Katakan 1 juta, seringkali tidak dihitung dan merupakan pengeluaran tersembunyi. Jadi total membeli gaya hidup sebesar 5 juta per bulan. Bersih yang bisa dia nikmati adalah 5 juta dan itu habis untuk makan, minum, listrik, internet, dan biaya-biaya lainnya. Inilah gaya hidup Aawaludin dimana “Penghasilan untuk membeli gaya hidup”.

Jika tidak merubah gaya hidupnya, seberapapun gaji yang diterima, akan menghabiskan gajinya untuk membeli gaya hidup. Di tahun ke 5 misalnya. Kendaraannya sudah usang, harus dijual dan membeli kendaraan baru. Mengeluarkan DP lagi dan mulai mencicil. Akhirnya sepanjang hidup, dia akan mengulangi pola itu. Berulang lagi. Sampai di akhir waktu Awaludin harus terus bekerja, dan bekerja lagi untuk membeli gaya hidupnya dan inilah mental orang belum kaya

Berbeda dengan Akhiruddin, dengan gaji. 10 juta per bulan. ia menikmati gaji tersebut dan mulai menyusun hidupnya. Goal hidupnya, dia tidak lagi mau bekerja. Pekerjaan saat ini adalah sarana untuk menikmati masa pensiun yang indah. Dia menahan diri dari segala gaya hidup. Dari 10 juta gaji untuk mengontrak rumah dan naik kendaraan umum sebesar 2,5jt. 5 juta dia gunakan untuk makan dan biaya-biaya. Lalu 2,5 juta dia pakai untuk menabung dan berinvestasi. Mari kita hitung model investasi Bambang dengan ilustrasi sederhana. 2,5 juta dikali 12 bulan = 30 juta. Dalam setahun dia sudah memiliki saham di 6 cabang rumah makan yang dikelola sebuah lembaga keuangan terpercaya dan syariah. Di tahun kedua, baru investasinya berbuah. Penghasilan per tahun Bambang dari investasinya adalah 10 jt. Lalu secara rutin, Bambang menginvestasikan 2,5jt per bulan hingga investasinya terus berbuah. Sederhananya bisa digambarkan dalam tabel berikut: Tahun 1 : investasi 30jt Tahun 2 : investasi 60jt plus hasil 10jt Tahun 3 : investasi 100jt plus hasil 20jt Tahun 4 : investasi 150jt plus hasil 33,3jt Tahun 5 : investasi 213,3jt plus hasil 50jt Tahun 6 : investasi 293,3jt plus hasil 71,1jt Tahun 7 : investasi 394,4jt plus hasil 97,8jt Tahun 8 : investasi 522,2jt plus hasil 131,5jt Dan seterusnya, maka di tahun ke 8, sudah memiliki tabungan senilai 522 juta berupa nilai investasi dan hasil keuntungannya. Di tahun ke 8 itu, dia mulai mendapatkan hasil dari investasi nya hampir 11 juta per bulan. Sekarang Akhirudin punya 2 sumber penghasilan. Dengan gaji sebelumnya yang 10 juta per bulan, maka sebenarnya sudah bisa membuat dirinya pensiun. Hasil investasinya sudah berbuah hampir sama dengan nilai gajinya. Namun, masih meneruskan pola hidupnya. Hingga suatu saat, Akhiruddin benar-benar merdeka dari bekerja. ia mampu membeli rumah, kendaraan dan sedekah lebih banyak dari teman-teman seusianya. Akhirudin memilih gaya hidup orang kaya, yaitu : “penghasilan saat ini untuk membeli kebebasan di masa depan”.

Dapat simpulkan, Orang bermental kaya itu memiliki ciri :

1. Kerja keras dan cerdas

2. Membeli produk investasi yang syar’i dan barang konsumtif dengan cash

3. Menjauhi kredit

Lalu, apa mental hidup kita? Mulailah hidup bijak, dengan menginstal mental kaya untuk hidup yang jauh lebih baik.

 

Disadur dari tulisan : Nasrullah

News

SEKRETARIAT DEWAN PIMPINAN PUSAT

PASMADA 

(PARSADAAN ALUMNI SMA NEGERI sada PANYABUNGAN)

Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara 

Jln. Sibayak No. 2 Rt. 03 Rw. 05 NAS Residence Poltangan Raya kel. Tanjung Barat Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan 12530 | 

HP : Hasan Basri 0852-9708-9809 / Hanafi Lubis 0812-8767-4464 |

Email : dpppasmadaofficial@gmail.com